Friday, October 19, 2018

GAIN Dorong Kemunculan Inovasi Teknologi Sektor Perikanan

Tiap-tiap tahunnya, tingkat kerugian pascapanen ikan fresh yang dihadapi Indonesia sampai 25 % (data Dalberg, 2017). Bila kehilangan makanan ini dirubah jadi nutrisi yang hilang, tiap-tiap tahunnya penduduk Indonesia kehilangan sampai 16.500-27.500 metrik ton protein ikan.

Perihal ini jadi perhatian penting I-PLAN (Indonesia-Postharvest Loss Alliance for Nutrition), satu program spesial yang didesain untuk kurangi hilangnya nutrisi di selama rantai supply pangan, garapan organisasi non-profit GAIN (Global Alliance for Improved Nutrition). Country Manager GAIN untuk Indonesia, Ravi Menon, menjelaskan, kerugian pascapanen ikan fresh ini dikarenakan oleh beberapa aspek.

Baca Juga : Harga Kawat Las dan Harga Kawat Stailess

"Sejumlah besar makanan bergizi itu terbuang sebab rendahnya aplikasi saat panen yang baik. Sekarang ini, tehnologi yang pas untuk menaruh, pasarkan, serta mendistribusikan ikan masih tetap di rasa kurang di Indonesia. Mengakibatkan, kualitas ikan untuk mengkonsumsi penduduk lokal juga termasuk masih tetap begitu rendah," tutur Ravi, dalam info tertulisnya, di Jakarta, Rabu (17/10).

Walau sebenarnya, menurut Ravi, ikan ialah sisi terpenting dari sumber makanan inti, tidak cuma untuk protein hewani, tapi sebagai sumber mikronutrien, mineral serta asam lemak mendasar. "Hitungannya, 100 gr ikan Tongkol, contohnya, memiliki kandungan 56 % konsumsi protein yang direferensikan untuk orang dewasa, serta 100 % untuk anak umur 4-9 tahun," katanya.

Untuk menangani persoalan pascapanen supply ikan fresh di Indonesia itu, program I-PLAN yang bekerja bersama dengan Kementerian Kesehatan (Kemkes) serta di dukung Kementerian Kelautan serta Perikanan (KKP), membuat program pertandingan tingkat nasional bertopik "Innovation Challenge" yang dikerjakan oleh Innovation Factory serta NTUitive.

Baca Juga : Harga Kawat Argon dengan Harga Psang AC

Pertandingan ini diusung untuk mencari 10 finalis yang mempunyai inspirasi tehnologi atau pengembangan baru yang bisa diadopsi oleh aktor rantai supply ikan fresh lokal, untuk kurangi Post-Harvest Loss (PHL) atau kerugian pasca-pangan, yang biasanya menerpa beberapa titik gawat seperti tempat pendaratan ikan, transportasi serta distribusi, pengecer di pasar serta penjual tepi jalan, skema penyimpanan kecil, serta bahan pilihan alternatif es.

"Kami mencari jalan keluar serta pengembangan yang bisa meliputi titik gawat tempat pendaratan ikan sampai hingga ke tangan customer. Ini untuk pastikan jika ikan fresh yang di jual berkualitas baik, aman, serta bergizi untuk mengkonsumsi lokal," tuturnya.

"Bukan sekedar untuk daerah perkotaan, tapi ikut untuk penduduk yang tinggal di daerah pedesaan atau terpencil, terpenting di daerah pegunungan atau perbukitan. Di beberapa daerah yang susah dijangkau itu, umumnya ikan fresh laut begitu jarang ada, atau di jual dengan harga yang relatif tinggi," lebih Ravi. Regional Community Development untuk Innovation Factory, Tinnike Lie memberikan, pihaknya buka peluang seluas-luasnya untuk penduduk yang ingin ikuti pertandingan ini.

Baca Juga : Biaya Pasang AC dengan Biaya Perawatan AC

"Kami mengarah beberapa pihak yang memangku kebutuhan cold chain, dari mulai industri, penyuplai, asosiasi, sampai distributor atau bidang swasta yang ingin berperan dalam menanggulangi permasalahan kerugian pangan yang berarti ini. Pertandingan ini pula terbuka untuk mahasiswa, UMKM, researchers, serta siapapun yang mempunyai inspirasi untuk kurangi persoalan pasca-panen ikan fresh untuk pasar domestik," tuturnya.

Pendaftaran pertandingan ini sah di buka pada tanggal 11 Oktober 2018, dengan batas mengajukan aplikasi paling akhir pada tanggal 16 November 2018. Pertandingan ini menyiapkan hadiah keseluruhan Rp 350 juta untuk 5 sampai 10 pemenang. Beberapa pemenang ikut berpeluang untuk memperoleh hibah atau grant dengan nilai keseluruhan Rp 1 miliar, untuk lakukan eksperimen prototype di Surabaya serta Probolinggo.


No comments:

Post a Comment